Skip to main content

Menapaki Jalur Evakuasi dan Trek Lama Menuju Puncak Mt.Merapi 2930 MDPL



          Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.930 mdpl, per 2010) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten SlemanDaerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[butuh rujukan] Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak kurang dari 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).[1]

           Jalur Evakuasi.? Kalian pernah mendengar jalur ini.? Dan jalur lama yang sudah menghilang, apakah kalian juga pernah melewati jalur ini.? Ya... memang kedua jalur ini bukanlah jalur atau trek pada umumnya dan sudah pasti nama kedua trek ini terdengar asing bagi sebagian dari para pendaki. Lalu bagaimana kondisi dari trek ini.? Mari kita simak kisah perjalanan yang saya alami ini dan cukup menantang.

          Pendakian kali ini sangat berkesan bagi saya dan dua teman saya di karenakan pendakian kali ini saya dan teman saya tidak melalui jalur pada umumnya (Resmi), Saya dan dua teman saya ketika naik melewati Jalur Evakuasi dan ketika turun kami semua (7 orang) melewati jalur yang sudah lama di tutup kami mencoba menelusurinya dan tentu kami tidaklah bermodalkan kebranian dan kenekatan semata karena dua di antara kami sudah ada yang pernah melewati jalur tersebut dahulu waktu masih di gunakan yaitu Bob dan Doel.
         Semua berawal ketika kakak-kakak dan ayah dari teman-teman saya banyak menceritakan penggalaman berprtualang ke Gunung Merapi, mereka banyak menceritakan setiap kejadian-kejadian apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan atau alami ketika mendaki di Gunung Merapi, Mulai dari pemandangan,tantangan,rintangan bahkan suasana mistis mengenai perjalanan menuju puncak Gunung Merapi yang terlihat gagah dan sulit untuk di taklukkan, Dan dari situ saya serta teman-teman saya mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya di miliki oleh si Gagah Gunung Merapi yang selalu menyimpann misteri.
 
          Selang beberapa hari kami pun berencana mencoba untuk mendaki gunung yang terkenal akan mistisnya dan kegagahannya tersebut, Beruntunglah kami karena beberapa dari kakak-kakak teman saya juga berencana mengajak kami untuk mendaki bersama ke Gunung Merapi, Setelah berunding kami sebelumya akan merencanakan pendakian di hari jum'at 24 Oktober 2014  berubah karena salah satu dari kami menolaknya dengan alasan malam itu bertepatan dengan malam 1 Suro (Tanggalan Jawa) dan di malam itu pendakian Gunung Merapi sangat lah ramai dikarenakan ada acara "Ritual Larung Sesaji" atau di sebut juga "Sedekah Gunung" sesaji itu berupa kepala kerbau dan beberapa pelengkap lainnya yang akan di taruh di "Pasar Bubrah", tetapi dahulu sesaji itu di taruh di dalam kawah Gunung Merapi namun kondisi kawah sekarang yang tidak memungkinkan untuk dilakukan hal itu maka di taruhlah di "Pasar Bubrah"oleh masyarakat dan tokoh adat sekitar Gunung Merapi,Tujuan di adakan nya tradisi ini adalah sebagai upaya nguri-uri (melestarikan) adat-istiadat yang di lakukan sejak dahulu dan di teruskan hingga sekarang. Pada intinya di lakukanya tradisi ini untuk meminta keselamatan dan kemakmuran bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi dan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia,kemakmuran dan keselamatan yang di beikan.
          Singkat cerita kamipun sepakat untuk melakukan pendakian pada hari sabtu malam tanggal 25 Oktober 2014, Mulai dari situ kamipun memperisapkan segala sesuatunya sebelum hari pendakian di laksanakan. Dan hari pendakian pun tiba, kami semua berkumpuldi salah satu rumah teman kami sebelum berangkat menuju BAsecamp pendakian New Selo, jam menunjukan 13.30 semua pun sudah berkumpul dan kamipun melakukan penggecekan perlengkapan dan peralatan sebelum berangkat menuju Basecamp pendakian Gunung Merapi di New Selo, sebelum kami menuju Basecamp kami menyempatkan untuk singgah ke kediaman salah satu juru kunci Gunung Merapi yang ada di New Selo kediaman beliau tidaklah jauh dari Basecamp Merap dan kami tiba di rumah beliau sebelum adzan magrib berkumandang.

         Sesampainya di rumah beliau kamipun di sambut dengan hangat oleh beliau dan sembari menunggu bergantian untuk shalat magrib kami di ceritakan oleh beliau menggenai situasi di Gunung Merapi saat itu, Setrlah kurang lebih 2 jam menggobrol kamipun pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju Basecamp dan sebelum pergi meninggalkan rumah beliau kami di beri nasehat untuk menjaga sikap dan sopan santun selama berada dalam kawasan Gunung Merapi.

          Jam sudah menunjukkan pukul 19.50 WIB kamipun segera bergegas untuk pamit ke beliau dan menuju ke Barameru dan sesampainya di sana kamipun langsung melakukan regristrasi untuk pendakian dan camping selama 1 hari 1 malam sedangkan harga tiketnya Rp.15.000 rupiah/orang untuk bisa melakukan atau memasuki kawasan cagar alam Gunung Merapi serta tiket untuk parkir sebesar Rp.5.000 rupiah/motor dan Rp.10.000 rupiah/mobil. Basecamp pendakian Gunung Merapi ini bernama "Barameru" dan di sini banyak rumah-rumah warga yang di gunakkan untuk Basecamp serta tempat parkir di sekeliling Basecamp kalian juga bisa menemukan fasilitas umum seperti :
  • Masjid,
  • Tempat makan,
  • Toilet umum dan lain sebagainya.
    Di Basecamp juga menyediakan/menjual suvenir-suvenir menggenai Gunung Merapi seperti :
  • Kaos bergambar Gunung Merapi,
  • Gantungan kunci,
  • Pin,
  • Bat Baju,
  • Gelang Tali dan lain sebagainya.
    Di sini juga ada beberapa yang menyewakan alat pendakian seperti:
  • Tenda,
  • Kompor Portable,
  • Trekking pole,
  • Gas Portable,
  • Tas Carier dan lain sebagainya.
            Basecamp Barameru New Selo ini juga sangatlah populer di kalangan pendaki di karenakan kebanyakan para pendaki memilih jalur ini sebagai jalur pendakian favorit para pendaki sebab di jalur inilah yang sangat di rekomendasikan bagi para pendaki apalagi bagi pendaki yang belum pernah sama sekali mendaki di gunung ini, Setelah kami selesai regristrasi kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menggecek kebutuhan logistik untuk pendakian dan bergantian untuk sholat Isya, setelah selesai kamipun berkumpul untuk berdo'a bersama agar prndakian ini lancar sampai kami kembali pulang.
Peta jalur pendakian Gunung Merapi via New Selo (Jalur Alternatif adalah jalur Evakuasi) dan sekarang sudah resmi di gunakan untuk pendakian perlu di ketahui dahulu jalur resminya hanya Jalur Kartini dan Pos 1 terletak sebelum persimpangan antara Jalur Alternatif dan Jalur Kartini
         Dan berikut ini adalah aturan untuk Pendakian Gunung Merapi :
  1. Meninggalkan kartu identitas di Basecamp seperti KTP,KTM atau SIM dan sejenisnya,
  2. Memenuhi standart perlengkapan pendakian yang sudah di tentukan,
  3. Tidak membuang sampah sembarangan di area Cagar Alam Gunung Merapi,
  4. Melapor kembali ke Basecamp setelah turun atau selesai melakukan pendakian

               ( Jalan dari Basecamp menuju NEW SELO masih berupa aspal )
              Penggambilan foto di lakukan pada sore hari setelah pendakian
 Pendakian di mulai dari Basecamp menuju tempat bertuliskan "NEW SELO"
          Perjalanan di mulai dari jalan beraspal yang cukup menanjak ke tempat bertuliskan New Selo, Perjalanan ini memakan waktu -+ 15 menit di tempat ini juga banyak di temui warung-warung yang menjajakan beraneka makanan serta minuman  dan di tempat ini apabila hari libur maka akan banyak wisatawan yang berkunjung di tempat ini anda akan di manjakan dengan pemandangan yang cukup inidah salah satunya anda dapat melihat dengan jelas Gunung Merbabu apabila cuaca sedang cerah.

     NEW SELO  menuju Pos I ( Selokopo Ngisor ) di ketinggian 2000 mdpl

          Selanjutnya perjalanan menuju pos 1 melewati jalanan setapak yang sudah di cor dengan semen tetapi itu hanya benerapa ratus meter ke depandari tempat ini di sepanjang jalan ini kita di suguhi oleh pemandangan hamparan sawah milik warga sekitar sampai berakhirnya jalan setapak yang di cor semen, Selanjutnya kita akan di suguhi oleh hamparan pohon Pinus di jalan ini berubah menjadi jalan setapak berbatu yang lumayan landai sehingga tidak terlalu mengguras tenaga kita dan di sela-sela perjalanan kamipun asik menggobrol satu sama lain agar suasana terasa lebih hangat. Perjalanan ini mamakan waktu -+ 2 jam, sesampainya di Pos 1 kami memutuskan beristirahat sejenak sembari menikmati kopi dan makanan ringan yang kami bawa dan kami kembali mengecek perlenkapan yang kami bawa. Pos 1 juga sering di sebut sebagai pos "Watu Belah" oleh pendaki di karenakan ketika jalan atau trek sebelum sampai di pos 1 akan melewati dua buah batu berukuran yang cukup besar di samping kanan dan kiri trek dan di jalan ini seakan-akan membelah dua batu tersebut oleh karena itu para prndaki menyebutnya sebagai "Watu Belah".

( Kondisi trek menuju pos 1 )
Penggambilan foto di lakukan pada sore hari setelah pendakian 
Pos 1 menuju Pos 2 ( Selokopo Nduwur ) di Ketinggian 2400 mdpl

         Di perjalanan selanjutnya sangatlah berbeda di karenakan kami memutuskan untuk berpencar menjadi 2 tim dan semua ini berawal dari ide gila teman saya sebut saja namanya "BOB" dia mempunyai rencana untuk melanjutkan perjalanan menuju pos 2 melalui trek atau jalur Evakuasi, dan di situ saya agak meragukan rencana teman saya ini akan tetapi setelah di lakukan saya pun akhirnya menyetujui ide gila teman saya ini  dan akhirnya 3 orang yaitu saya dan 2 teman saya sebut saja "BOB" dan "JUM" untuk melintasi jalur Evakuasi dan sisanya 4 orang akan melewati jalur Kartini yaitu jalur normalnya untuk para prndaki dan kami bertiga memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu, Kami berjalan beberapa puluh meter sampai menemui pertigaan di jalur pada normalnya dan kami menggambil ke kanan sedangkan untuk ke jalur Kartini menggambil jalan yang lurus. Dan saya menyarankan kalian untuk tidak mencontoh kami di karenakan jalur evakuasi ketika malam sanggatlah berbahaya di trek ini sisi kanan adalah sebuah jurang yang teramat dalam sedangkan di sisi kiri lereng dari bukit lain yang cukup curam dengan kemiringan -+ 70 derajat.

          Sebelum kami bertiga memutuskan untuk melewati jalur ini kami sudah menyadari akan bahaya dan resiko yang akan kita hadapi untuk melewati jalur ini dan kami juga menyadari akan bahaya yang datang kapan saja. Setelah kami berjalan beberapa menit ke depan kami menyadari kalau memang jalur ini sangatlah sepi dan gelap serta tidak ada satupun pendaki yang melewati jalur ini, Saya pun mencoba memainkan senter yang saya bawa ke arah depan berharap ada pendaki lain yang melihat dan merespon tetapi ternyata tidak ada sama sekali, Kami pun melanjutkan perjalanan kami yang sangat menantang dan teman saya Bob mencoba menggeluarkan suara berharap ada yang mendengar dan merespon agar ke khawatiran kami melewati jalur ini sedikit berkurang akan tetapi masih saja tidak ada respon di jalur ini kamipun juga tidak menemukan pohon yang besar hanya ada semak-semak itupun juga tidaklah banyak di sepanjang trek ini kami juga menemui lubang yang membelah jalur atau jalan kami dan llubang itu adalah jalur air dari atas jalur ini juga di awal sangatlah landai bahkan ada turunan sedangkan tanjakan tidak banyak kami pun sangatlah berhati-hati melewati jalur ini.

          Beberapa menit kemudian teman saya Bob mencoba menggeluarkan suara seperti kera, yahh tujuan nya untuk menggecek di sekitar kami apakah ada pendaki yang lain atau tidak, kamipun terkejut karena ada respon dari kejauhan yang ikut menirukan suara kera yang teman saya keluarkan dan mereka pun bersahut-sahutan saya pun mencoba kembali mamaikan senter dan saya arahkan ke depan namun tidak ada sahutan dari pendaki lain nya, seiring kami menelusuri jalur ini kami pun bersahut-sahutan dengan teriakan bersama pendaki lainnya yang entah dimana mereka berada dan itu berlangsung cukup lama.

          Setelah berjalan -+ 1jam kamipun terkejut karena di hadapkan oleh trek menanjak yang cukup tinggidan terjal dengan kemiringan -+ 45 derajat dan sebelum kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kamipun beruistirahat sejenak sembari meminum air dan memakan beberapa perbekalan yang kami bawa untuk menambah tenaga kami menggingat trek selanjutnya akan banyak mengguras tenaga kami, setelah beberapa saat kami memutuskan melanjutkan perjalanan dengan perlahan-lahan menaiki tebing atau lereng yang curam dengan memegangi akar-akar pepohonan, kami sangatlah berhat-hati dalam setiap langkah kami dan ini cukup mengguras tenaga kami, Sudah -+ 1 jam kami menaikki lereng ini dan teman saya Bob kembali mencoba meneriakkan/menggeluarkan suara kembali, kami terkejut saat ada jawaban atau respon dari arah atas akhirnya saya juga memainkan senter saya ke arah atas dan ternyata ada respon dari atas yang tidak terlalu jauh dari tempat kami berada, itu menandakan bahwa kami sudah dekat dengan pendaki yang lain nya kamipun sempat menduga kalau di atas sudah pos 2. Kami akhirnya bersemangat untuk mengakhiri melewati jalur ini dan selang beberapa menit kami sampai atas ternyata memang kami sampai di pos 2 dan seketika ada seorang pendaki yang menawari kami untuk beristirahat sejenak di dekat tenda nya serta menawari kami kopi dan makanan ringan kepada kami. Pendaki itupun bertanya kapada kami menggenai jalur yang kami lewati dan teman saya BOB menjelaskan jalur atau trek yang kami lewati sembari bertanya apakah ia melihat teman kami sudah melewati pos 2 atau belum akan tetapi pendaki itu merasa belum meliihat teman kami yang sudah kami jelaskan ciri-cirinya kepadanya.
    Mohon maaf tidak ada foto jalur evakuasi di karenakan saya tidak sempat menggabadikan nya

Pos 2 Menuju Pasar Bubrah 
          Setelah kami beristirahat 1 jam kamipun memutuskan untuk berpamitan serta berterimakasih karena kami ingin melanjutkan perjalanan menuju "Pasar Bubrah" kamipun sempat menggira bahwa teman-teman kami yang lain sudah berada di Pasar Bubrah, kami berjalan menyusuri trek landai beberapa puluh meter ke depan dan akhirnya berubah trek nya menjadi tanjakan berbatu dan terjal -+ 30 menit perjalanan dari pos 2 menuju "Watu Gajah". Watu gajah adalah dimana di tempat itu terdapat sebuah batu yang cukup Besar dan kenapa batu itu di sebut Watu Gajah.? Watu yang artinya Batu dalam bahas indonesia sedangkan Gajah adalah nama hewan batu ini kalau di pandang sekilas dari suatu sisi mamang terlihat seperti kepala Hewan Gajah mangkanya batu itu di sebut Watu Gajah oelh para Pendaki.

          Selanjutnya perjalanan menuju "Batu Nisan" dengan melalui trek yang tidak terlalu menanjak trek ini terdiri dari bebatuan yang relatif kecil dan di sisi kanan kiri terdapat jurang yang cukup dalam di dalam trek ini juga sering terjadi Kabut tebal yang menghalangi jarak pandang kita serta tiupan angin yang cukup kencang, saya sarankan jika kalian melewati trek ini pada malam hari usahakan untuk menjaga keseimbanagan apa lagi ketika datang serang'an tiupan angin yang kencang. Namun kurang beruntunglah kami ketika melewati trrk ini di karenakan pada saat itu kabut tebal mulai menyerang di tambah tiupan angin yang cukup kencang di situlah momen yang paling menegangkan dalam perjalanan kali ini Headlamp yang menempel di kepala saya pun tidak bisa menembus kabut tebal itu dan parahnya lagi sampai tidak bisa menembus dasar atau jalan yang saya lalui di tambah tiupan angin kencang membuat momen kali ini sangat mendebarkan. Kamipun perlahan-lahan menyusuri trek ini dengan sangat hati-hati serta memperhatikan setiap langkah kami serta pijakan kami dan sungguh malang nasib kami seketika hujan gerimis turun ikut membasahi tubuh kami. Selang beberapa menit kamipun sampai di Batu Nisan di mana di tempat ini terdapat sebuah Nisan ( tumpukkan batu yang di semen sedemikian rupa dan berbentuk piramida) nisan ini bertujuan untuk menggenang para pendaki yang telah gugur dalam perjalanannya untuk menggapai puncak Gunung Merapi dan nisan ini di bangun oleh teman pendaki yang menjadi korban akan keganasan Gunung Merapi.

          Sebelum melanjutkan perjalanan menuju ke Pasar Bubrah kamipun beristirahat sejenak sembari kedua teman saya memakai jas hujan dan kurang beruntunglah saya yang ternyata lupa membawa jas hujan, seketika saya langsung menggeluarkan Sleping Bag untuk saya kenakan dan melindungi tubuh dati hujan gerimis serta angin dan dinginya udara di tempat ini, Teman saya pun tersadar ternyata kami bertiga lupa meminta tenda yang di bawa oleh teman saya yang lainnya sempat kebingungan dan khawatir dengan itu akhirnya teman saya Bob mencoba memanggil nama teman-teman kami yang melalui jalur Kartini ke arah Pasar Bubrah kami terkejut ketika ada respon dari Pasar Bubrah dan akhirnya kami memutuskan untuk menuju ke Pasar Bubrah dan menggecek apakah itu benar mereka atau hanya pendaki yang lain nya. Di trek menuju Pasar Bubrah dari Batu Nisan terdiri dari jalan setapak berbatu dan tidak ada tanjakkan melainkan turunan yang tidak terjal namun cukup landai, kami mencoba menggecek satu-persatu tenda yang berdiri di Pasar Bubrah namun kami tidak menemukan mereka.

          Pasar Bubrah adalah tempat yang menyerupai lembah yang di kelilinggi oleh bukit serta puncak Gunung Merapi, tempat ini sangatlah terkenal akan hal mistis dimana sebuah mitos di tempat ini menjadi tempat berkumpulnya para makhluk halus atau astral serta ada juga cerita atau mitos yg beredar menggenai Pasar Bubrah sebagai pasarnya makhluk halus dan mitos lain jiga menggatakan kalau Pasar Bubrah ini adalah sebuah gerbang menuju dunia lain atau dunia makhluk astral.

          Tak lama kami menunggu teman-teman kami sudah tiba di Pasar Bubrah dan kami sempat menanyakan kenapa mereka lama sekali untuk sampai di Pasar Bunrah salah satu dari merekan pun menjelaskan kenapa mereka lama untuk sampai di tempat ini, Dan ternyata salah satu teman kami ketika di tengah perjalanan mendapatkan telpon dari kerabat di rumah bahwa ada salah satu tetangganya teman saya yang meninggal dunia dan teman saya di suruh untuk pulang ke rumah pada saat itu juga, mereka sempat kebinggungan sebelum mereka memutuskan kalau teman saya yang di suruh pulang tadi untuk turn kembali ke basecamp dan pulang sisanya melanjutkan perjalanan menuju puncak. Setelah bercerita panjang lebar kamipun memutuskan untuk mendirikan tenda di sebelah batu besar untuk menghindari terjangan angin secara lamgsung setelah itu kamipun bergegas untuk beristirahat.

View Puncak Mt.Merapi dari Pasar Bubrah
 View Puncak Mt.Merapi dari Pasar Bubrah
View Samudara Awan dari Pasar Bubrah

 Pasar Bubrah menuju Puncak (Summit Attack)

          Dikarenakan kami istirahat menjelang pagi kamipun kesiangan untuk summit attack dan seusai shalat subuh serta membuat kopi panas untuk menghangatkan badan kami bergegas untuk menuju puncak , sebelum kami berangkat kamipun sadar kalau tidak akan mendapatkan sunrise di puncak kalau kami melakukkan summit attack,dan pada akhirnya kami memutuskan untuk menunda summit attack dan memilih untuk menikmati kopi serta sarapan pagi sejenak. Pukul 07.30 WIB kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak dan trek kali ini di mulai dengan trek menanjak berpasir yang cukup mengguras tenaga dan waktu di karenakan di trek pasir ini ketika kita melangkah 2 kali maka akan terperosot 1 kali di perjalanan ini memakan waktu -+ 30 menit itu waktu yang cukup lama untuk melewati trek yang sebenarnya tidaklah terlalu jauh. Selanjutnya kita di hadapkan oleh tanjakan yang terdiri dari bebatuan yang cukup curam serta disini sering terjadinya longsoran batu namun batu yang terjatuh tidaklah besar, yah memang kondisi ini mirip dalam film 5 cm bedanya di ukuran batu yang relatif lebih kecil di banding dengan yang ada di Gunung Semeru dan di terk ini kita memakan waktu -+ 30 menit untuk sampai di puncak. Dan sebelum mendaki biasanya para pendaki akan meninggalkan peralatan mereka seperti tenda,alat masak,matras dan lain-lain di tempat mereka mendirikan tenda (Pos 2 atau Pasar Bunrah) yang di bawa hanyalah makanan serta minuman ataupun peralatan lain yang mendukung untuk perjalanan menuju puncak, serta saya sarankan untuk kalian janganlah mencoba menuju puncak karena batas aman mendaki hanyalah sampai di Pasar Bubrah saja. Namun seiring berjalannya waktu banyak pendaki yang tidak lagi menghiraukan peringatan ini serta apabila kalian masih kekeh ingin menuju puncak tetaplah berhati-hati saat mendaki tetap perhatikan setiap langkah kalian serta sekitar kalian.

          Sesampainya di puncak kami sempatkanmengucap rasa syukur atas pencapaian kami menuju puncak Mt.Merapi dengan bersujud syukur atas nikmat dan karunia Nya yang telah di berikan kepada kami sehingga bisa menggapai puncak dengan selamat dan tidak lupa kami sempatkan melakukan tradisi melepas baju dan berfoto bersama di puncak Mt.Merapi sebagai rasa syukur dan bahagia atas pencapaian kami.

Tradisi Melepas Baju
Berfoto degan Beckground Kawah Mt.Merapi
 Berfoto degan Beckground Kawah Mt.Merapi
Berfoto degan Beckground Kawah Mt.Merapi
Berfoto degan Beckground Kawah Mt.Merapi
Berfoto bersama dengan Beckground Mt.Merbabu yang di selimuti awan
Berfoto bersama dengan Beckground Mt.Merbabu yang di selimuti awan
Berfoto bersama dengan Beckground Mt.Merbabu yang di selimuti awan

Berfoto bersama dengan Beckground Mt.Merbabu yang di selimuti awan

         Setelah beberapa lama menikmati keindahan puncak Mt.Merapi kami memutuskan turun kembali menuju Pasar Bubrah untuk memasak sarapan dan persiapan packing peralatan sebelum turun kembali menuju basecamp tidak lupa kami selalu membawa turun sampah yang kami hasilkan dan sebisa mungkin kami juga memunggut sampah-sampah yang ada di sekitar area kami mendirikan tenda serta sepanjang trek kembali menuju basecamp sebisa kami menggambilnya. Setelah sarapan dan packing peralatan kami menyempatkan menikmati keindahan Mt.Merapi di area Pasar Bubrah.
Befoto di Pasar Bubrah dengan Background Mt.Merbabu
Befoto di Pasar Bubrah dengan Background Puncak Mt.Merapi
Lautan Awan yang terjadi di Pasar Bubrah
Berfoto dengan Background Lautan Awan di Pasar Bubrah

          Setelah di rasa cukup puas menikmati suasana di Pasar Bubrah kami memutuskan untuk segera turun ke Basecamp di karenakan hari sudah menjelang siang, Sebelumnya kami menyempatkan untuk berdo'an bersama agar di mudahkan dalam perjalanan pulang dan setelah selesai berdo'a tiba-tiba muncul sebuah ide untuk turun kKuembali ke Basecamp dengan Menelusuri jalur/trek lama yang sudah di tutup, Jujur saya di sini agak meragukan ide dari teman saya tersebut karena jelas sekali itu jalur/trek yang sudah lama sekali di tutup pasti tidak akan terlihat lagi di karenakan sudah pasti tertutup oleh rerumputan, Namun disini teman saya menyakinkan saya untuk mencobanya di karenakan teman saya ini (Doel) dan teman saya yang satunya lagi (Bob) sudah berpenggalaman melewati jalur ini beberapa kali pada waktu dahulu sebelum di tutup, Akhirnya saya pun setuju akan ide tersebut untuk mencoba turun ke Basecamp menggunakan Jalur lama yang sudah di tutup.

         Setelah beberapa saat berunding kami pun melanjutkan perjalanan turuun dari Pasar Bubrah meuju Pos 2 dengan berjalan santai sembari kami memungut sampah - sampah di sekitar jalan yang kami lalui tersebut, Kurang lebih 30 menit kamipun sampai di pos 2 dan selanjutnya kami melanjutkan perjalanan melalui jalur lama tersebut.
      
         Untuk jalur lama ini berbelok nya sebelum jalan setapak menuju bukit kartini dan ketika akan berbelok ke jalur tersebut kami di kejutkan oleh rombongan masyarakat setempat dan sesepuh desa yang naik melalui jalur lama tersebut dan ami pun sempat di tegur untuk tidak melewati jalur tersebut sembari menggatakan ke kami bahwa jalur tersebut sudah di tutup dan sekarang menjadi jalur binatang buas (Harimau), Rombongan masyarakat itu pun melanjutkan perjalanan menuju Pasar Bubrah kami sempat penasaran kepada mereka sebenarnya apa yang akan mereka lakukan.? dan setelah bertanya kepada teman saya ternyata Masyarakat akan melakukan sebuah ritual di Puncak atau Pasar Bubrah sebagai bagian dari ritual Malam Satu Suro, Setelah menggobrol beberapa saat kami pun melanjutkan perjalanan.

         Trek pertama kami di suguhkan dengan lereng bukit yang sangat terjal sisi kiri adalah bukit kartini sedangkan sisi kanan jurang yang lumayan cukup dalam serta di sepanjang trek ini tumbuh rerumputan yang sangatlah lebat kami jugga di kejutkan dengan banyaknya sampah di sepanjang trek ini mulai dari tisue basah,bungkus kopi,bukus mie instat,botol air mineral dan lain sebagainya, kamipun mencoba memunggutnya sebisa dan semampu kami mengingat di sisi kanan kami adalah jurang yang cukup dalam kami tahu persis resiko apa yang akan kami hadapi namun tekat kuat kami untuk ikut menjaga kelestarian alam tidak lah berkurang sedikitpun, kurang lebih 30 menit kami melewati jalur yang bisa dikatakan extrem ini dengan sangat hati - hati dan waspada serta menjaga agar kami tetap terus seimbang setelah itu kami di sugguhkan trek menurun yang lumayan terjal juga namun di trek ini berbeda dari sebelumnya karena kami tidak di hadapkan hadapkan oleh bibir jurang kamipun menuruninya dengan perlan-lahan,setelah beberapa saat kami melewati jalur ini kami di hadapkan oleh trek menanjak namun tidaklah terlalu tinggi dan sehabis itu trek berubah turun dengan menuruni bukit melalui punggung bukit tersebut di trek ini juga lumayan menantang karena jelas di sisi kanan dan kiri jalur ini adalah jurang yang cukup dalam namun untung nya trek/jalur ini tidaklah sempit sehingga kami tidaklah terlalu khawatir melewati trek tersebut.

         Setelah beberapa menit kami berjalan melewati semak - semak belukar kamipun di kejutkan oleh tanaman Bunga Edelweis (Anaphalis Javanica)/(Bunga Abadi) yang menjadi tanaman khas dataran tinggi, namun tentu Bunga Edelweis yang kami jumpai tidaklah banyak dan sebagus di gunung Merbabu tetapi bagi saya dan teman - teman ini merupakan fenomena yang cukup langka di karenakan di jalur utama tidaklah ada tanaman tersebut yang tumbuh menurut penggalaman kami tetapi entah memang tidaklah ada atau kami saja yang kurang teliti,Kami sempat beristirahat sejenakuntuk minum dan memulihkan tenaga di sekitaran tanaman Bunga Edelweis tersebut sembari menikmati keindahan bunga tersebut, perlu di ingat ya bahwa tanaman Bunga Edelweis (Anaphalis Javanica) masuk dalam kategori jenis tumbuhan yang dilindungi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Terhadap perbuatan Anda yang memetik/mengambil jenis tumbuhan yang dilindungi seperti Bunga Edelweis dari habitat aslinya, yang secara sengaja untuk membawa keluar atau berpindah ke tempat lain, dapat diancam sanksi pidana berdasarkan Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Sanksi pidana penjara paling berat lima tahun dan denda paling besar Rp 100 Juta bagi siapapun yang memetik atau pun mencabut Bunga Edelweis.
     
Kondisi Trek dengan tumbuhan Bunga Edelweis di sekitarnya 
(Saya dan Doel)
Kondisi Trek dengan tumbuhan Bunga Edelweis di sekitarnya 
(Saya)
Kondisi Trek dengan tumbuhan Bunga Edelweis di sekitarnya 
(Saya dan Bob)
           Setelah di rasa cukup untuk beristirahat kami kembali melanjutkan perjalanan ke Basecamp dengan melewati jalur ini kurang lebihnya 1 jam perjalanan setelah itu kami di hadapkan oleh sebuah sungai kecil dengan aliran air yang relatif kecil, sebelum melewati sungai tersebut kami memutuskan untuk berhenti sejenak sembari mengisi air untuk perbekalan minum di perjalanan dan sekedar cuci muka serta tangan, beberapa saat kemudian kami memutuskan melanjutkan perjalanan dengan melewati jalur/trek yang cukup landai dengan pepohonan lebat di samping kanan maupun kiri, kurang lebih 1 jam kami berjalan menyusuri trek ini sampai akhirnya di hadapkan oleh persimpangan jalan di sini ke dua teman saya (Bob dan Doel) sudah lupa bahwa harus ambil yang ke kanan ataupun ambil yang lurus, sebelum memutuskan kami semua berdiskusi terlebih dahulu sembari melihat serta memastikan ke 2 jalur tersebut supaya tidaklah salah dalam menggambil jalur.

             Selang beberapa saat setelah berunding kami pun sepakat untuk menggambil jalur yang lurus dengan pertimbangan beberapa faktor serta felling ke dua teman saya di trek/jalur ini masih di hadapkan dengan jalan setapak yang cukup landai dengan adanya sedikit tanjakan dan trek menurun selama 1 jam kurang lebih melewati jalur ini ternyata jalur yang kita hadapi selanjutnya di luar dugaan dan baru ke dua teman saya (Bob dan Deol) menyadari bawa mereka salah dalam menggambil jalur yang di persimpangan tadi seharusnya belok kanan, namun di karenakan sudah terlanjur jauh akirnya kami melanjutkan perjalanan di trek ini dan berharap kembali menemukan jalur setapak, di jalur ini pepohonan sudah mulai lebat sedangkan jalur setapak sudah mulai tertutup oleh rerumputan yang lebat, di sini teman saya Doel menggeluarkan sebilah golok untuk memangkas pepohonan atau pun rumput yang menghalangi jalan kami dengan perlahan - lahan dan sangat berhati -hati. Setelah beberapa saat bejalan trek pun mulai menanjak kembali dan di sini saya menggantikan posisi Doel teman saya yang sudah mulai kelelahan membuka jalan bagi kami dan akhirnya saya berada di posisi depan untuk membuka jalan.


             Ketika saya sedang berjalan sembari memangkas sedikit demi sedikit pepohonan yang menghalangi jalan saya tiba-tiba saya merasa mendengar suara seseorang yang sedang bebicara dengan orang lain dari atas bukit dan saya memutuskan untuk berhenti sejenak sembari mendengarkan serta mencari sumber suara tersebut, perjalanan di lanjutkan dan posisi saya di gantikan oleh teman saya Bob di karenakan tangan saya sudah tidak kuat lagi untuk menggayunkan sebilah golok tersebut, kami berjalan menggarah ke atas menuju sumber suara tersebut kurang lebihnya kami nanjak 30 menit dan akhirya kami kembali ke jalur resmi pendakian, rasa lega dan senang pun kami rasakan dan setelah melihat di sekeliling ternyata posisi kami saat menemukan jalan \/trek yang resmi ini berada di atas pos joglo (sebelum pos 1).


             Setelah beristirahat sejenak dan berbincang akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan kembali ke Bascamp dengan berjalan perlahan - lahan menuju pos Joglo dan lanjut sampai di temat wisata yang bertuliskan "NEW SELO" sebelum melanjutkan ke Basecamp kami memutuskan kembali beristirahat di sini dan memesan beberapa kopi serta camilan di warung sekitar sembari menikmati suasana di tempat ini, dari tempat ini kita bisa melihat secara jelas Gunung Merbabu dengan gagahnya dan kebetulan cuaca sore itu cukuplah cerah serta di tempat wisata ini juga sedang lumayan ramai di kunjungi oleh wisatawan lokal sehingga menambah suasana menjadi asik.


             Kurang lebih 30 menit beristirahat akhirnya kami memutuskan segera turun ke Basecamp dengan berjalan kaki di atas jalan cor beton serta aspal, 30 menit kami berjalan menuju basecamp dengan berjalan sangat santai. Sesampainya di Basecamp kami beristirahat sejenak sembari kembali memesan kopi serta makanan di warung sekitar Basecamp, setelah selesai beristirahat dan makan kami memutuskan untuk mandi dan sholat serta membeli beberapa suvenir yang tersedia di Basecamp ini sembari kembali packing tas carier. Setelah di rasa cukup beristirahat kami memutuskan untuk segera pulang ke rumah masing - masing.



Cukup sekian cerita saya kali ini semoga kalian menyukai kisah perjalanan saya dalam menggapai "Puncak Mt.Merapi" ini dan mungkin bisa memotivasi kalian dalam setiap perjalanan, Dan jangan lah kalian meniru aksi saya berserta teman - teman saya ini yang keluar dari jalur resmi yang sudah di tentukan karena itu sangat berbahaya terutama bagi yang belum pernah sama sekali mendaki ke gunung ini dan semoga dari cerita di atas kalian mendaptkan mendapatkan hikmahnya serta ilmunya.

Ada tiga pedoman pecinta alam ketika berada di alam bebas yang tentunya kalian harus ketahui dan sebisa mungkin kalian terapkan ketika kalian berada di alam bebas, berikut 3 pedoman tersebut :
  1. Jangan "Bunuh" apa pun kecuali itu "Waktu",
  2. Jangan "Ambil" apa pun itu kecuali "Gambar/Foto",
  3. Jangan "Tinggalkan" apa pun itu kecuali "Jejak Kaki"
Terima Kasih atas perhatian dan waktunya dengan meluangkan waktu untuk membaca cerita di atas dan pembaca yang baik pasti akan meninggalkan jejaknya, Serta mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun informasi yang terdapat di dalam cerita di atas, Jangan lupa Like and Share ke teman atau pun kerabat anda agar mereka menggetahui apa yang anda ketahui, Nantikan kembali cerita perjalanan saya selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Jalur Pendakian Gunung Sindoro 3153 Mdpl via Kledung (Wonosobo)

Pendakian Mt.Sindoro via Kledung 3153 Mdpl Gunung Sindara atau biasa disebut Sindoro atau juga Sundoro merupakan sebuah gunung vulkano aktif yang terletak di Jawa Tengah, tepatnya di antara Temanggung dan Wonosobo. Gunung Sindoro terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing layaknya Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Keduanya berdiri kokoh di batas Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo. Gunung Sindoro memiliki ketinggian 3.153 Mdpl dan mempunyai kawah disertai dengan jurang yang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung dan terbesar disebut Kembang.  Untuk sampai di basecamp pendakian via Kledung, apabila datang dari arah barat akses yang paling cepat naik bus jurusan Wonosobo, kemudian naik bus kecil jurusan Magelang dan turun di Desa Kledung. Desa ini berada di sebelah kiri jalan saat menuju arah kota Magelang dengan waktu tempuh sekitar 30 - 40 menit.  Jika dari arah timur sebaiknya dari Magelang dan kemudian menaiki bu

Jalur Pendakian Gunung Merbabu 3142 mdpl Via Selo Boyolali

Gunung Merbabu adalah salah satu gunung yang sangat populer dikalangan para pendaki gunung di Indonesia. Gunung Merbabu  terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 3.142 Mdpl. Gunung ini memiliki medan pendakian yang tidak terlalu sulit namun mempunyai pemandangan yang sangat indah. Gunung Merbabu sendiri berdiri berdekatan dengan Gunung Merapi di sebelah selatannya. Gunung Merbabu diketahui memiliki 2 puncak tertinggi yakni Puncak Syarif (3.119 Mdpl) dan Puncak Kenteng Songo (3.142 Mdpl) .  Meskipun dikatakan gunung tidur tapi sebenarnya gunung ini memiliki 5 buah kawah yaitu : Kawah Condrodimuko, Kawah Kombang, Kendang, Rebab dan Kawah Sambernyowo.  Gunung Merbabu dapat di daki melalui 4 jalur yaitu : 1. Jalur Selo (Boyolali) 2. Jalur Wekas (Magelang) 3. Jalur Cunthel (Magelang) 4. Jalur Thekelan (Magelang) Awal Pendakian dari Base Camp ke Pos 1 Awal pendakian pendaki kita akan disambut gapura selamat datang dari Taman Nasional